Thursday, July 01, 2004

Mengayuh Sabar....

Bandung, 17 September 2003
Perjalanan ke Daarut Tauhid
08.45 WIB


Jalan Setiabudi memang panjang. Lagipula mesti cari-cari mau turun di mana. Akhirnya Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI jadi patokan. Setelah tampak papan nama UPI, kami turun di pertigaan itu. Geger Kalong Girang. Yup, bener. Jalan ke DT.

Karena terburu-buru, handphoneku jatuh dari saku. Prak! Clumsy again. Temenku sampai ngomel, bagaimana sih, kok bisa jatuh. Orang lain yang akan naik angkot yang kami turuni tadi, sampai geleng-geleng kepala. Memang, terlalu menuruti keinginan, ingin cepat sampai di tempat. Masih jauhkah, masih lamakah, sementara kurang lima belas menit lagi technical meeting akan dimulai.

Sepertinya memang harus bersabar. Ini ujian buat kami. Buat aku tepatnya. Kepala tim aku, yang tidaksabaran aku juga. Aku harus bisa mengendalikan diri. Seems like you face the last minute decision and it will go to somebody if you are not hurry.

Ternyata Daarut Tauhid masih jauh. Di ujung jalan itu, ada pangkalan angkot ke atas, yang jelasnya pasti lewat DT. Aku berlari, sekali lagi karena tidak sabar, berusaha mengejar angkot yang penuh dan berangkat. Nonsense. Impossible, so we got to stay and wait. Masuklah kami ke angkot yang antri berikutnya. Masih kosong, baru satu yang naik.

Pernah ngetem angkot? Lama sekali. Di Jayabaya aku merasa sangat bete kalau harus masuk ke angkot yang masih kosong melompong. Apalagi ini, ada yang harus dikejar. Satu demi satu orang masuk ke dalam. Tapi masyaallah, rasanya seperti setahun. Aku mengomel pelan, harusnya kita tadi jalan kaki saja. Di peta lokasi DT sepertinya dekat sekali dari pertigaan ini. Suami dan temanku cuma senyam senyum, sabar, sabar kata mereka. Pasti sampai, tenang aja.

Iseng suamiku tanya ke satu perempuan di depan kami. DT masih jauh? Masih, katanya. Ya sudah. Naik angkot saja. Nanti kalo jalan kaki, sudah belum tahu tempatnya, capek, marah-marah, pasti tambah bete. Sabar saja. Itu kata suamiku.

Alhamdulillah, Allah SWT memberiku seorang suami yang penyabar. Karena dia aku bisa menahan diri dan mencari sabar dalam hatiku. Allah selalu memberi apa yang kita minta kalau itu memang patut kita dapatkan.
Dan angkot pun berangkat. Pasti sampai, ke Daarut Tauhid.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home